Sunday, February 24, 2013

Gairah Kesusastraan di Sumedang

     Pada hakikatnya manusia itu menghayati seni, entah disadari atau tidak segala tindak-tanduk manusia tidak lepas dari seni. Ketika kita akan menghadiri pesta pernikahan maka akan membuka lemari untuk mencari baju mana yang pas, sesuai dengan suasana, dan ketika bercermin pun seorang wanita akan senantiasa bercermin untuk memberi bedak atau lipstik agar dia nampak lebih cantik. Begitu juga bagi pria, dia akan berpikir untuk mengenakan baju yang pas dan serasi dengan pasangannya. Kegiatan-kegiatan yang tadi disebutkan secara tidak sadar merupakan aktifitas seni; menyesuaikan, menyelaraskan, memperindah diri agar enak dipandang oleh orang lain.

     Begitu juga ketika sedang sms-an dengan orang lain, seorang pria akan senantiasa mengirimkan pesan-pesan yang puitis untuk kekasihnya agar pasangannya merasa senang. Mungkin pria tersebut tidak sadar bahwa aktifitas yang sedang dikerjakannya itu adalah suatu hal yang berkaitan dengan seni, atau dengan sastra (puisi), begitu juga dengan wanitanya; dia akan merasa senang bila diberi kata-kata yang puitis; karena itu manusiawi. Menyimak status-status yang terdapat di facebook, setiap orang cenderung untuk membuat kata-kata yang puitis, memosting status dengan kata-kata yang indah, karena memang benar; manusia tidak bisa lepas dari yang namanya seni.Bahkan Mario Teguh pun membuat statusnya dengan model puisi; diberi judul, ada isinya, dan pewajahannya seperti puisi; ada bait-bait.
     Sangat disayangkan apabila mereka yang memiliki bakat dalam menulis tapi tidak mengembangkannya lebih serius lagi. Seseorang akan nampak terlihat berbakat dalam penulisan sastra (prosa, puisi, dan drama) bila dilihat dari tulisan-tulisannya yang masih original, maksud original di sini belum terkontaminasi oleh tulisan orang lain, baik gaya penulisannya maupun dari tema yang sering digarapnya. Bila karya yang original tersebut sudah bagus; dengan kata lain sudah memakai peralatan puitik; gaya bahasa, metrum, pewajahan dll. Bagaimana jadinya kalau orang tersebut intens belajar puisi? Tidak menutup kemungkinan kemahirannya dalam bersastra akan berkembang.
     Banyak hal yang menyebabkan mengapa mereka tidak mengembangkan minatnya, bisa saja karena kurangnya ruang untuk berproses. Komunitas sastra sangat dibutuhkan bagi seseorang untuk menumbuhkembangkan minatnya (tidak hanya sastra), agar minatnya itu terus terasah, nantinya akan terlihat orang tersebut berbakat atau tidak. Seseorang yang berminat belum tentu dia berbakat, namun bukan berarti orang yang memiliki minat dilarang untuk berproses dalam sebuah komunitas. Sah-sah saja bagi mereka untuk berkreasi, mengeksiskan dirinya sebagai makhluk Tuhan yang mencintai kesenian, dalam hal ini kesusasteraan.
     Membaca karya-karya yang dimuat dalam koran Sumedang Ekspres, penulis sangat bahagia sekali karena di Sumedang masih banyak orang yang menyukai sastra. Dapat dilihat dari tiap harinya ada karya yang dimuat dalam koran ini, baik itu cerpen maupun puisi. Tentu saja karya yang dimuat dapat disebut sebagai sebuah puisi; secara konvensi puisi harus ada judul dan isi, namun kualitasnya harus lebih ditingkatkan lagi. Sebagaimana yang penulis sebutkan di atas; mereka ini kekurangan ruang untuk berproses kreatif, dalam sebuah komunitas akan tercipta sebuah atmosfer untuk berkompetisi, saling mengapresiasi karya, saling kritik, dan berbagi pengetahuan tentang kepenulisan.
     Perkembangan teknologi dan komunikasi telah berkembang, kini ruang dapat ditanggulangi dengan banyak media digital, salahsatunya ialah facebook. Keberadaan facebook ini tidak semata-mata hanya untuk bersosialisasi, dengan facebook kita dapat berproses kreatif tentang kepenulisan sastra. Penulis sendiri berproses kreatif di facebook, di sana ada sebuah komunitas/grup sastra yang bernama Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, yang diasuh oleh Dimas ArikaMihardja yang aktif dalam dunia kesusasteraan Indonesia, dari sinilah penulis intens sekali belajar tentang sastra, khususnya puisi.
      Setelah kurang-lebih dua tahun berproses dari grup ini, kualitas penulisan puisi mulai membaik, mulai memiliki buku-buku antologi bersama, mengeluarkan buku antologi tunggal, pergi ke luar daerah, dan prestasi yang paling tinggi sampai saat ini ialah lolos seleksi, terbang secara gratis ke Jambi untuk mengikuti Pertemuan Penyair Nusantara ke-VI pada akhir tahun yang lalu (28-31 Desember) bersama dengan 23 penyair lainnya dari Jawa Barat, kegiatan ini diikuti oleh 213 penyair dari berbagai negara: Indonesia, Malaysia, Brunei, Thailand, Singapura, Korea Selatan, dan Perancis. Media apapun dapat dijadikan sebagai sarana untuk berproses kreatif, mengembangkan atau meningkatkan kualitas karya kita.
     Melihat tingginya gairah anak muda di Sumedang untuk menulis karya sastra, penulis optimis untuk mengembalikan Sumedang ke dalam peta kepenyairan di Jawa Barat bila diasuh dengan baik, dari Sumedang juga ada Saini KM yang telah menjadi sastrawan tingkat nasional yang tahun lalu mendapat FTI Award dari Federasi Teater Indonesia yang dianggap berjasa mengembang seni teater Indonesia. Bila dibandingkan dengan Bandung, Tasikmalaya, Garut, Cianjur, dan daerah lainnya bisa dikatakan Sumedanglah yang paling tertinggal dalam kesusasteraan Indonesia (bukan daerah). Perlu adanya peran aktif dari mereka yang memiliki minat untuk mencari akses untuk mengembangkan minatnya, juga perlu bagi komunitas yang ada di kampus-kampus untuk terjun ke sekolah untuk mengadakan workshop atau pelatihan penulisan karya sasta, juga peran guru Bahasa Indonesia sangat penting di sini untuk dapat membimbing anak-anaknya yang tertarik terhadap penulisan karya sastra.
Sumedang, Januari 2013

(dimuat di harian Sumedang Ekspres tanggal 22 Januari 2013)

No comments:

Post a Comment